Ulasan Cerpen "Mahogani" Karya Tina Derika

 

Baca ulang pada: Jumat, 20 Mei 2022.

Pukul: 11.14 WITA. s.d. 12.20 WITA. | jeda | 12.25 WITA s.d. 12.39 WITA.

Catatan: Ulasan ini hanya sekadar opini pembaca. Mohon maaf apabila ada kesalahpahaman dalam pandangan dan simpulan dari pembaca mengenai cerpen ini. Dipersilakan masing-masing pihak memiliki pandangan yang berbeda. Sewaktu-waktu ulasan dapat diperbaiki kembali.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Siang hari saya sempatkan waktu untuk membaca kembali satu buah cerpen. Sebenarnya ada dua naskah yang telah dibagi, tetapi saya baru mampu mengulas balik satu cerpen dan Insya-Allah disusul dengan bagian berikutnya.

Sekadar pengenalan, cerpen ini berbahasa Melayu dengan beberapa percakapan yang dicampur dengan bahasa Inggris, tetapi tidak begitu banyak. Hanya beberapa patah kata saja, sehingga masih didominasi penggunaan bahasa Melayu. Cerpen ini mengisahkan dua tokoh bernama Dania dan Affan yang sama-sama dikhianati oleh orang yang mereka suka, yakni Mukhriz (dari pihak Dania) dan Zahrana. Dania yang telah sempat bertunang dengan Mukhriz dan Affan yang sudah menaruh rasa dengan Zahrana harus belajar untuk merelakan rencana serta perasaan yang telah tertanam di hati.

Awal Dania dan Affan bertemu dalam cerpen ini sesungguhnya begitu mendetail, seolah bukan sekadar kebetulan semata. Semula Affan yang menghampiri Dania kala dia bersedih sebab sudah ditinggalkan tunangannya yang akan menikah dengan wanita lain. Affan menawarinya dengan berbagai hasil kerajinan tangan dari kerja rumah amal oleh para anak yatim. Dania cukup tertarik dengan kerajinan tangan yang tampak cantik. Ada berbagai ragam hingga dia kesulitan memilih. Dia pun pada akhirnya memilih untuk membeli satu penanda buku dan gantungan kunci berbentuk biola. Dia membayar dan meminta Affan tidak perlu beri uang kembalian sebagai tanda sedekah.

Bukan sekadar membeli hasil kerajinan tangan, Affan menceritakan sebagian kehidupan tentang dirinya terhadap Dania. Dia sudah yatim-piatu, bekerja seorang diri, dan menempuh pendidikan di universitas dengan jurusan yang dianggap sebagai bentuk terima kasih dan balas budi pada orang tua.

Walau Dania tidak bercerita mengenai kesedihannya pada Affan, tetapi pria itu cukup mengerti bahwa Dania sedang bersedih. Affan dikondisikan mampu memahami raut wajah Dania dan mencoba untuk menghibur Dania sebelum pergi.

Sebenarnya Affan juga sedang dalam keadaan berat hati melepas Zahrana – seorang wanita yang sudah meluluhkan dia, tetapi coba menguatkan diri. Ternyata Zahrana hanya menganggap dia sebagai teman, tidak lebih. Zahrana juga tidak berterus terang bahwa hanya sebatas itu rasa yang dia punya ketika berdekatan dengan Affan. Affan dan Dania Mereka belajar untuk melepaskan harapan dan memulai lembar baru untuk percaya bahwa semua akan baik-baik saja. Namun, siapa sangka mereka akan dipertemukan lagi di restoran Twomato dalam acara bahagia Mukhriz dan Zahrana.

Terungkaplah bahwa mereka berada di situasi yang serupa. Ditinggalkan oleh orang-orang pemberi harapan sesaat. Diawali pertemuan di restoran, mereka akhirnya mulai sering berkomunikasi. Diketahui Affan termasuk tokoh yang bisa menahan diri dan berusaha menerima keadaan, sedangkan Dania masih belum menerima. Hal ini wajar sebab pria condong berpikir secara logika dan perempuan kuat pada perasaan.

Maklum Affan lebih cepat menabahkan diri. Beruntung Affan memahami Dania tidak bisa langsung begitu saja bersikap seolah semua baik-baik saja. Seiring waktu, Dania mulai mampu merelakan dan lebih dekat pada Affan. Mereka saling bersimpati atas kondisi yang pernah dilalui. Ketika Dania mulai kambuh memikirkan Mukhriz, Affan menegur untuk tidak terlalu berlarut dalam kesedihan dan berkata Dania bisa saja pindah menyukai Affan.

Lantas Dania mengelak pendapat itu dan mana mungkin dia tiba-tiba suka pria di depannya. Affan yang ternyata humoris tidak lepas membuat Dania menahan senyum sebab tingkah lakunya yang unik.  

Sampai suatu masa Affan perlu melanjutkan pendidikan di New York. Karena Affan bukan golongan yang begitu mampu, sulit baginya untuk sering pulang kampung ke Malaysia. Membuat Dania tidak bisa mengelak bahwa dia nyata punya rasa pada Affan. Tampak ketika Dania menyembunyikan emosi kala tahu setengah bulan lagi Affan akan pergi ke New York. Affan bergurau bahwa Dania boleh berkunjung ke New York jika merindukannya. Sekilas mengira itu hanya candaan saja, tetapi benar-benar dilakukan oleh Dania.

Affan sendiri terkejut ketika melihat Dania ditemani cucuk sanggul mahogani yang pernah diberikannya. Ketika perjumpaan yang mendadak itu, Affan berkesempatan berbagi sebagian hal pada Dania. Terutama masalah solat. Akhir cerita dari mereka sebenarnya begitu memainkan emosi pembaca. Di mana Dania belajar untuk menghargai waktu dengan beribadah, menjaga orang yang disayangi, dan menerima segala ketentuan yang Tuhan berikan kepada setiap hamba-Nya.

Menurut saya cerpen ini tidak sekadar dialuri patah hati dan cinta semata, tetapi dia mengandung makna begitu dalam mengenai agama dan penghargaan terhadap apa yang kita miliki saat ini. Banyak dari kita yang suka meninggalkan hal-hal utama dalam hidup hanya untuk mengejar kebahagiaan dunia saja. Padahal, hidup kita di dunia hanya sementara. Kita tidak bisa berlarut dalam kesedihan kemudian hilang arah dan harapan pada sang pencipta sampai rela meninggalkan kewajiban.

Dari bagian tokoh, Affan dan Dania memiliki keterkaitan yang kuat dalam mendukung berjalannya alur cerita ini. Tidak ketinggalan tokoh Mukhriz dan Zahrana yang menjadi pelengkap atau bantuan pada dasar konflik cerita. Sampai saat ini, setahu pembaca hanya Zahrana yang memiliki porsi percakapan lebih. Mukhriz sendiri sekadar dinarasikan tanpa mendapat bagian percakapan.

Dari segi bahasa, penulis banyak menggunakan diksi dan gaya bahasa yang unik dan menarik, sehingga latar dan pembawaan cerita tidak terkesan datar dan hanya sebatas menyimak kata saja. Sajian tentang latar suasana dan detail penggambaran rasa tokoh dikemas dengan baik. Pembaca turut bisa membayangkan suasana pada cerpen. Tentunya bagi mereka yang memiliki kepekaan tinggi. Tidak hanya bahasa, tetapi konsep dedikasi cerpen juga tidak kalah penting. Dia diangkat dari isu nyata bersejarah sekaligus memilukan bagi umat beragama.

Hanya ini yang dapat saya sampaikan pada sesi ulasan ini. Selebihnya, tetap semangat dalam berkarya untuk Kak Tina Derika. Mohon maaf jika ada kesalahan atau simpulan dari pembaca mengenai cerpen ini. Sekian, terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Banjarmasin, 20 Mei 2022

Versi 1: 13.27 WITA. | Versi 1.2: Ahad, 22 Mei 2022 08.3 WITA. 

Komentar